Penjelasan/Fatwa Para Ulama Tentang Kesesatan Ali Hasan al-Halabi

ali-hasan-hizby-jpgBerikut ini adalah sebagian dari penjelasan atau fatwa para ulama dan masyaikh ahlus sunnah tentang kesesatan Ali Hasan Al-Halabi

  1. Fatwa Lajnah Daimah Tentang Buku Karya Ali Hasan Al-Halabi
  2. Benarkah al-Lajnah ad-Da`imah menarik fatwanya terhadap ‘Ali Hasan al-Halabi? (Fatwa asy-Syaikh Shalih al-Fauzan)
  3. Fatwa dari Asy-Syaikh DR. Muhammad Umar Bazmul: “Waspadalah Dari Penyimpangan Manhaj Ali Hasan Al-Halabi”
  4. Ringkasan Sebab-Sebab Kenapa ‘Ali Hasan al-Halabi dijarh (dicerca dan dikritik) oleh Para ‘Ulama Sunnah
  5. Perkataan Syaikh Ahmad Bazamul, bahwa Syaikh Rabi’ Mengatakan Ali Hasan Sebagai Mubtadi’ (ahlu bid’ah).

 

Fatwa Lajnah Daimah Tentang Buku Karya Ali Hasan Al-Halabi

Lembaga tetap dalam berfatwa dengan pimpinan Syaikh yang mulia : Abdul Aziz Alus Syaikh Hafizhahullah Ta’ala

 الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده . . وبعد :

Sesungguhnya lembaga tetap untuk pembahasan ilmiah dan fatwa telah menelaah apa yang ditujukan kepada mufti  yang mulia dari sebagian penasehat berupa beberapa permohonan fatwa yang terkait amanah umum bagi lembaga para ulama besar,nomor : 2928,2929, tanggal : 13-5-1421 H, dan nomor : 2929 dan tanggal 13-5- 1421 H, tentang keadaan dua buah kitab yang berjudul  “Ath-Tahdzir min fitnah at-takfir” dan “Shaihatu nadziir”, penyusun dua kitab tersebut: Ali Hasan Al-Halabi, bahwasanya kedua kitab itu mengajak kepada mazhab murji’ah, yang menyatakan bahwa amalan bukan syarat sahnya iman, lalu dia menisbatkan hal itu kepada Ahlus sunnah wal jama’ah. Dia menyandarkan dalam dua kitab ini pada penukilan-penukilan dari Syaikhul islam Ibnu Taimiyah dan Al-Hafizh Ibnu Katsir dan yang lainnya -semoga Allah merahmati mereka semua-.

Karena kehendak para penasehat untuk menjelaskan kandungan yang terdapat didalam dua kitab ini agar para pembaca dapat mengetahui antara yang haq dan yang batil .dan seterusnya.

Setelah Lajnah mempelajari dua kitab tersebut, dan menelaah keduanya, maka jelaslah bagi lajnah bahwa kitab“At-tahdzir min fitnah at-takfir” tulisan Ali Hasan Al-Halabi pada apa yang dia sandarkan kepada ucapan para ulama dalam muqaddimah-nya dan catatan kakinya mengandung hal berikut:

Pertama : Penulisnya membangun kitab ini diatas mazhab murji’ah yang bid’ah lagi batil, yang membatasi kekafiran hanya pada kufur juhud (kufur pengingkaran) dan kufur takdzib (kufur karena mendustakan) dan istihlal qalbi (menghalalkan apa yang diharamkan dengan hatinya,pen), sebagaimana yang tersebut di hal:6, foot note ke:2, dan hal:22. Ini menyelisihi aqidah ahlus sunnah wal-jama’ah bahwa kekafiran bisa terjadi melalui ucapan, perbuatan, dan keragu- raguan.

Kedua : Merubah penukilan dari Ibnu Katsir rahimahullah Ta’ala dalam Al-Bidayah wan-nihayah: 13/118, dimana dia menyebutkan pada foot note-nya di halaman: 15 menukil dari Ibnu Katsir “bahwa Jengis khan mengklaim bahwa hukum “al-yasiq” berasal dari sisi Allah dan bahwa ini yang menjadi sebab kafirnya mereka (bangsa Tatar,pen)”. Tatkala merujuk ke sumber rujukan yang dimaksud tidak ditemukan apa yang dinisbatkannya kepada Ibnu Katsir –rahimahullah Ta’ala-.

Ketiga : Mengada-ada atas nama Syaikhul islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah Ta’ala- pada hal: 17- 18, dimana penyusun kitab tersebut menisbatkan kepada Beliau “bahwa hukum yang diganti tidak menunjukkan kekafiran menurut Syaikhul Islam kecuali jika disertai pengetahuan dan keyakinan hati, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang halal. Ini semata-mata mengada-ada atas nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah Ta’ala- sebab Beliau (syaikhul islam,pen) adalah penyebar mazhab salaf Ahlus sunnah waljama’ah dan prinsip mereka, sebagaimana yang telah disebutkan, sedangkan ini hanyalah merupakan mazhab murji’ah.

Keempat : Merubah maksud perkataan Allamah yang mulia: syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh rahimahullah Ta’ala dalam risalahnya yang berjudul “Tahkiim al-qawaaniin al-wadh’iyyah”. Dimana penyusun buku tersebut menyatakan bahwa Syaikh mensyaratkan penghalalan dalam hatinya, padahal ucapan Syaikh sangat jelas seperti jelasnya matahari dalam risalah tersebut diatas aqidah ahlus sunnah wal-jama’ah.

Kelima : Memberi komentar terhadap ucapan para ulama yang dia sebutkan dengan membawa ucapan mereka kepada sesuatu yang bukan maknanya,seperti yang terdapat di halaman: 108, foot note:1, hal:109 foot note:21, hal:110 foot note:2.

Keenam : Sebagaimana didalam kitab ini juga menampakan sikap meremehkan permasalahan berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah, khususnya pada halaman: 5 foot note:1, dengan alasan bahwa perhatian untuk memurnikan tauhid dalam permasalahan ini menyerupai Syi’ah Rafidhah, dan ini merupakan kesalahan fatal.

Ketujuh : Menelaah risalah yang kedua dengan judul “Shaihatu nadziir”, maka ditemukan bahwa kitab ini bersandar kepada kitab yang telah disebutkan, dan keadaan keduanya sebagaimana yang telah disebutkan.

Maka sesungguhnya Lajnah Daaimah melihat bahwa kedua kitab ini: tidak boleh dicetak, tidak boleh disebarkan, dan tidak boleh diedarkan disebabkan karena pada keduanya terdapat kebatilan dan perubahan makna, dan kami menasehati penulis kedua kitab tersebut untuk bertaqwa kepada Allah pada dirinya dan pada kaum muslimin, terkhusus para pemuda mereka, dan hendaknya bersungguh- sungguh dalam memperoleh ilmu syar’I melalui tangan para ulama yang dipercaya ilmunya dan baik aqidahnya. Sebab ilmu merupakan amanah dan tidak boleh disebarkan kecuali yang sesuai dengan al-kitab dan as-sunnah.

 Hendaknya dia meninggalkan berbagai pemikiran ini dan cara-cara penipuan dalam merubah makna ucapan para ulama, sebagaimana yang diketahui bahwa kembali kepada kebenaran merupakan keutamaan dan kemuliaan bagi seorang muslim. Semoga Allah memberi taufik.

 وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين .

Lajnah Daaimah untuk pembahasan ilmiah dan fatwa

Pimpinan:Abdul Aziz bin Abdillah bin Muhammad Alus Syaikh

Anggota:Saleh bin Fauzan Al-Fauzan

Anggota:Bakr bin Abdillah Abu Zaid

Anggota:Abdullah bin Abdurrahman Al-Ghudayyaan

http://www.salafybpp.com/index.php/manhaj-salaf/127-fatwa-lajnah-daimah-tentang-buku-karya-ali-hasan-al-halabi

Benarkah al-Lajnah ad-Da`imah menarik fatwanya terhadap ‘Ali Hasan al-Halabi?

Halabiyyun pun tidak putus asa dalam upayanya menipu umat dan mempermainkan akal mereka, kali ini dengan menyebarkan berita dusta bahwa para ‘ulama yang berada dalam lembaga al-Lajnah ad-Da`imah telah rujuk atau menarik fatwa bantahan terhadap ‘Ali al-Halabi dan kesesatannya. Ketika berita dusta ini didengar oleh asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, maka beliau berkata,

هذا كذب كله، اللجنة ما تراجعت, ولا تَراجُع إن شاء الله عن الحق وبيان الباطل، ولا زار اللجنة أحد، ولو زارها.. ثم ماذا إذا زارها؟! اللجنة ما تتراجع عن الحق أبداً, ومن الواجب أنه هو اللي يتراجع عن الباطل ويتوب إلى الله عز وجل

“Ini adalah dusta semuanya!! al-Lajnah tidak rujuk, dan tidak ada rujuk – insya Allah – dari al-Haq (kebenaran) dan penjelasan terhadap kebatilan. Tidak ada seorang pun yang berkunjung (ke Lajnah), kalau seandainya ada seorang yang berkunjung (ke Lajnah) lalu kenapa?? al-Lajnah tidak akan pernah rujuk dari al-Haq selama-lamanya. Justru yang wajib adalah dia (‘Ali al-Halabi) yang semestinya rujuk dari kebatilan dan bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=141036

Fatwa dari Asy-Syaikh DR. Muhammad Umar Bazmul:

“Waspadalah Dari Penyimpangan Manhaj Ali Hasan Al-Halabi”

Saudara pembaca, Asy-Syaikh DR. Muhammad Umar Bazmul adalah salah seorang ulama dari negeri Makkah Al-Mukarramah. Beliau adalah seorang dosen di Universitas Ummul Qura Makkah yang dikenal dengan keluasan ilmunya, sebagaimana nampak dari berbagai karyanya di berbagai bidang ilmu agama.

Asy-Syaikh DR. Muhammad Umar Bazmul menjawab seputar syubuhat yang beredar di beberapa situs internet yang menyebutkan bahwasanya beliau tidak sepakat dengan karya tulis yang disusun oleh adik kandung beliau yang bernama Fadhilatu Asy-Syaikh DR. Ahmad Umar Bazmul yang berisi bantahan terhadap berbagai penyimpangan manhaj Ali Hasan Al-Halabi.

Kini kami menyuguhkan kepada para pembaca hasil terjemah dari rekaman jawaban Asy-Syaikh DR. Muhammad bin Umar Bazmul mengenai penyimpangan manhaj Ali Hasan Al-Halabi sekaligus bimbingan beliau untuk Ahlussunnah dalam menentukan sikap terhadap orang ini.

Rekaman diambil dari acara tanya jawab bersama beliau pada daurah ilmiyah yang dilaksanakan di Masjid Al-Anshar kompleks Ma’had Al-Anshar Sleman Yogyakarta pada tanggal 25 Rajab-2 Sya’ban 1431/8-15 Juli 2010. Para pembaca pun dapat mendengar langsung rekaman suara yang disampaikan oleh beliau.

Tujuan kami menampilkan tulisan ini adalah untuk membantu para pembaca dalam menyikapi penyimpangan manhaj Ali Hasan Al-Halabi dengan cara yang ilmiyah dan jauh dari sikap ashobiyah yang tidak objektif dan tercela.

Penanya:
Bagaimana sikap seorang salafy terhadap Ali Hasan Al-Halabi?

Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul menjawab:

Sikap seorang salafy terhadap Ali Hasan Al-Halabi adalah tawaqquf dari menerima (ilmunya) dan berhati-hati dari mengambil ilmu darinya, baik ilmu yang disampaikan melalui berbagai muhadharah (ceramah) maupun dari berbagai karya tulisnya, terkhusus karya-karyanya pada akhir-akhir ini. Karena kini Asy-Syaikh Ali memiliki sikap-sikap masybuhah (rancu) yang menyelisihi keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kini dia mulai menempuh sikap (manhaj) yang harus dia koreksi ulang, serta harus dia luruskan kembali sesuai dengan cara bersikap (manhaj) yang telah ditempuh oleh para ahli hadits dan pengikut jejak manhaj as-salafus salih.

Maka sudah seharusnya tawaqquf terhadapnya dan tidak mengambil ilmu dari berbagai karya tulis dan muhadharah yang disampaikannya, terkhusus pada akhir-akhir ini. Sudah seharusnya untuk waspada dari (manhaj)nya sekaligus mentahdzir (memeringatkan ummat) dari orang ini, sampai benar-benar ia kembali kepada al-haq dan membersihkan dirinya (dari berbagai keyakinannya yang menyimpang), sehingga disaat itu boleh untuk menempuh jalannya.

Kemudian Asy-Syaikh Muhammad Bazmul ditanya tentang beberapa bentuk penyimpangan Ali Hasan, maka beliau menjawab:

Kesalahan paling fatal yang ada pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabi adalah: 
1. Dia berupaya merobohkan kaidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam berinteraksi dengan para pengikut hawa nafsu dari kalangan Ahlul Bid’ah dan orang-orang yang menyimpang. (sekali lagi) penyimpangan paling berbahaya pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabi adalah upayanya merobohkan prinsip pokok dalam menyikapi Ahlul Bid’ah dan orang-orang yang menyimpang serta para pengikut hawa nafsu. Dia ingin menyetarakan antara Ahlussunnah dan Ahlul Bid’ah. Ini adalah manhaj yang paling berbahaya yang ada pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Manhaj seperti ini tentu sangat berbahaya sekali, karena dapat menimbulkan berbagai dampak buruk yang sangat besar.

2. Termasuk dari bentuk kesalahan fatal yang ada padanya adalah upayanya merendahkan kedudukan ulama, dan memposisikan dirinya seolah-olah seperti kibarul ‘ulama (ulama senior). Dia mencoba menjatuhkan Asy-Syaikh Rabi’ (Al-Madkhali) dan Asy-Syaikh ‘Ubaid (Al-Jabiri). Seolah-olah posisi dirinya dengan kedua syaikh tersebut adalah teman selevel (seangkatan). Sikap seperti ini merupakan adab yang jelek. Berbagai ungkapannya dalam hal ini mengandung makna penghinaan dan pelecehan yang tidak pantas diucapkan terhadap para ulama.

Ada beberapa peyimpangan lainnya yang semuanya telah disebutkan oleh saudara (kandung)ku Asy-Syaikh Ahmad dalam tulisannya (tentang Asy-Syaikh Ali Hasan) yang berjudul Shiyanatus Salafy ‘An Wasawisi ‘Ali Al-Halabi 1) .

—————————–

Footnote: Judul aslinya adalah Shiyanatus Salafy Min Waswasati Wa Talbisati Ali Al-Halabi (Penjagaan salafy Dari Bisikan Jahat dan Tipu Daya Ali Al-Halabi, pent.)

Download Suara

Download Format WORD

Diterjemahkan oleh:

 
Abdul Wahid bin Faiz At-Tamimi

Ma’had As-Salafy Jember

Diambil dari: http://www.assalafy.org/mahad/?p=526

 

Ringkasan Sebab-Sebab Kenapa ‘Ali Hasan al-Halabi dijarh (dicerca dan dikritik) oleh Para ‘Ulama Sunnah

1. Al-Halabi memuji Risalah ‘Amman, sebuah risalah yang mengajak kepada persatuan agama dan persaudaraan lintas agama, serta kebebasan beragama dan persamaan agama. Juga pendekatan antar berbagai madzhab (aliran), kebebasan berpikir, serta penerapan demokrasi, diiringi dengan dukungan kepada siapapun yang menyeru kepada kesesatan dan kebinasaan ini.

2. al-Halabi menyifati Risalah ‘Amman sebagai yang terdepan dalam menjelaskan tentang Islam, padahal di dalam risalah tersebut terdapat kekufuran yang sangat nyata.

3. al-Halabi memuji orang-orang yang mendukung Risalah ‘Amman, baik orang-orang Rafidhah, Shufiyyah, Sekuler, dll yang jumlah mereka sangat banyak. Al-Halabi juga mempersaksikan dengan penuh kepalsuan dan kebohongan bahwa mereka (para pendukung tersebut) adalah para ‘ulama terpercaya dan para pimpinan yang amanah.

4. al-Halabi mencetak khutbahnya, yang di dalam khutbah tersebut dia memuji Risalah ‘Amman yang penuh kekufuran tersebut. Khutbah itu diterbitkan dua kali, dan dia berbangga dengan khutbah tersebut dan pujiannya terhadap Risalah ‘Amman

 

5. Membela mati-matian Risalah ‘Amman dalam sejumlah kitab dan kasetnya, dengan segala penyimpangan yang ada di dalamnya.

6. Ikut serta dalam sebuah muktamar nasional, yang menetapkan  dakwah kepada persatuan agama, dan dia turut menandatangani piagama tersebut.

7. al-Halabi memperbolehkan celaan terhadap shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyifat mereka sebagai penakut/pengecut.  Wal’iyyadzu billah.

8. Dia menyifati sebagaian shahabat Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka berwatak pengecut  dan gagal.

9. al-Halabi menyanjung setinggi langit sebuah kitab yang mengajak pendekatan (penyatuan) berbagai kelompok yang ada dan berbagai kelompok sempalan.

10. Aqidah al-Halabi dalam masalah Iman adalah di atas pendapat kelompok Murji’ah yang bid’ah dan sesat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama yang duduk di Lajnah ad-Da’imah li al-Ifta’ terhadapnya.

11. al-Halabi mendukung kitab karya Murad Syukri yang berjudul “Ihkamu at-Taqrir fi Ahkami at-Takfir” , dan dia (al-Halabi) yang telah membacanya dan mencetaknya. Padahal dia berjalan di atas manhaj Murji’ah yang sesat, dan rujukannya seringkali adalah al-Ghazali dan tokoh-tokoh semisalnya. Para ‘ulama Lajnah ad-Da’imah li al-Ifta’ telah mentahdzirnya, karena dia tegak di atas madzhab murji’ah.

12. Meremehkan permasalahan-permasalahan aqidah yang besar, seperti caranya Ikhwanul Muslimin (IM).

13. Pembelaannya terhadap Abul Hasan al-Ma’ribi, ketika Abul Hasan menyifati shahabat dengan sifatGhutsa’iyyah.

14. al-Halabi beranggapan bahwa menyifati shahabat dengan ghutsa’iyyah bukanlah sebagai celaan.

15. ‘Ali Hasan terpengaruh dengan Sayyid Quthb, ini dengan persaksian dia sendiri.

16. ‘Ali Hasan memuji, membela, dan memuliakan tokoh-tokoh yang menyelisih manhaj Salaf, seperti al-Huwaini, Muhammad Hassan, al-’Id Syarifi, al-Maghrawi, Abul Hasan al-Ma’ribi, dll.

17. ‘Ali Hasan memuji Jamaludin al-Afghani, Muhammad ‘Abduh, Hasan al-Banna, dan an-Nabhani.

18. ‘Ali Hasan menyatakan harus menerapkan prinsip Hamlu al-Mujmal ‘ala al-Mufashshal (membawa makna perkataan yang global kepada perkataan yang rinci) dalam menilai ucapan/perkataan manusia.

19. Pujiannya terhadap Abu Hasan an-Nadwi

20. Bermudah-mudahan mengambil ijazah, walaupun dari ahlul bid’ah.

21. Celaannya terhadap kitab Riyadhus Shalihin karya an-Nawawi.

22. Dia beranggapan bahwa pengujian itu boleh diterapkan terhadap tokoh-tokoh kebid’ahan. Adapun para pengikut dan pendukung bid’ah tidak boleh diuji.

23. Dia menyatakan bahwa perselisihan para ‘ulama rabbaniyyin dengan para neo-khawarij masa ini hanya perselisihan dalam permasalahan ijtihadiyah fiqhiyyah.

24. Pencurian ilmiah, seperti kitab “Kitab an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar” karya Ibnu al-Atsir, dengan tahqiq Thahir az-Zawi dan DR. Mahmud ath-Thanahi. Sebelumnya kitab tersebut dalam 5 jilid besar. Namun al-Halabi menjadikannya 1 jilid besar saja, dengan tulisan kecil, kertas yang tipis, dan sampul yang tebal.

25. Dia (al-Halabi) berdusta atas nama para ‘ulama, yaitu ketika dia dan yang lainnya menulis sebuah kitab yang diberi judul “Mujmal masa’il al-Iman al-’Ilmiyyah fi Ushul al-’Aqidati as-Salafiyyah” , para penulisnya (termasuk di dalamnya Ali Hasan) menyebutkan dalam muqaddimah kitab bahwa para ‘ulama telah membacanya dan menyetujuinya. Kemudian mereka menyebutkan nama-nama para ‘ulama tersebut, di antaranya mereka menyebutkan nama asy-Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmi, asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali, dan lainnya. Maka para ‘ulama pun mendustakan para penulis tersebut.

26. Pernyataan al-Halabi bahwa asy-Syaikh al-Albani rahimahullah dulu berfatwa membolehkan Pemilu adalah dalam rangka menempuh madharat yang lebih ringian dari dua madharat yang ada, atau dalam rangka menolak mafsadah yang lebih besar.

27. ‘Ali Hasan telah berdusta atas nama asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah. Yaitu ketika dia mencetak sebuah risalah dan memberikan ta’liq (komentar) terhadapnya, serta menisbahkan jawaban kepada beliau (asy-Syaikh Shalih al-Fauzan), dengan judul: al-As’ilah al-’Iraqiyyah fi Masa’il al-Iman wa at-Takfir al-Manhajiyyah wa Ajwibatu Fadhilati asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan” (artinya= Pertanyaan-Pertanyaan dari Iraq tentang permasalahan-permasalahan manhajiyyah iman dan takfir, beserta Jawaban-Jawaban Fadhilatu asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan); dengan edit dan ta’liq oleh ‘Ali Hasan al-Halabi, terbitan Dar al-Minhaj, Kairo, tahun 1426 H.

Dalam kitab tersebut terdapat beberapa permasalahan yang menyelisihi aqidah Ahlus Sunnah. Maka asy-Syaikh al-Fauzan mendustakan penisbahan jawaban-jawaban tersebut kepada beliau dan menafikannya baik secara global maupun rinci.

Maka semestinya ‘Ali Hasan wajib bertaubat. Namun sayang, dia tidak mau kecuali menolak dan menyombongkan diri. Maka dia pun balik menulis sebuah risalah berjudul, “Tadzkir asy-Syaikh al-Fauzan bima Akhadzahu an-Nisyan, Kalimah ‘Ilmiyyah haula al-As’ilah al-’Iraqiyyah” (artinya = Mengingatkan asy-Syaikh al-Fauzan dari kelupaan (!!!) Penjelasan Ilmiah seputar Pertanyaan-Pertanyaan dari ‘Iraq).

   

28. ‘Ali Hasan dikenal dengan kedustaan dalam banyak kejadian.

29. Ketika menukil dari ‘ulama, ‘Ali Hasan menyelewengkan maknanya. Ini sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya.

30. ‘Ali Hasan memotong  ucapan ‘ulama (yakni ketika menukil dari para ‘ulama tersebut, pen). Ini juga sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya, juga oleh para ‘ulama lainnya. Dan ini sangat terkenal darinya.

31. Mengomentari ucapan para ‘ulama dengan membawanya kepada suatu maksud yang tidak dikandung oleh ucapan tersebut. Ini pun masih sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya, juga oleh para ‘ulama lainnya.

32. Meremehkan permasalahan berhukum tidak dengan apa yang Allah turunkan. ‘Ali Hasan mengatakan bahwa perhatian terhadap pereleasisaian tauhid dalam masalah ini terdapat keserupaan terhadap Syi’ah Rafidhah. Ini merupakan kesalahan yang sangat jelek. Ini sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya.

33. ‘Ali Hasan telah meletakkan dasar-dasar kaidah-kaidah rusak dan tidak laku, sejak 30 tahun lalu, untuk menentang manhaj salafi dalam bidang al-Jarh wa at-Ta’dil.

34. ‘Ali Hasan mengatakan bahwa ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil tidak ada dalilnya dalam Kitabullah, tidak pula dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ilmu tersebut ada karena demi kemashlahatan.

35. Ajakannya untuk mencairkan berbagai perselisihan pemikiran dan fiqhiyyah yang ada, demi kemashlahatan sebuah negeri secara global.

36. ‘Ali Hasan mengatakan bahwa demokrasi merupakan istilah masa ini. Kita tidak membantahnya dari sisi kenyataan secara mutlak! Dan tidak pula menerimanya secara mutlak!

37. Dia menghapus manhaj pengujian terhadap manusia dengan tokoh-tokoh tertentu.

38. ‘Ali Hasan membela Jum’iyyah Ihyaut Turats penganut paham Quthbiyyah.

39. Pembelaannya terhadap Jum’iyyah al-Birr.

40. Pembelaan ‘Ali Hasan terhadap Abul Hasan al-Ma’ribi.

41. Ucapan ‘Ali Hasan terhadap tokoh khawarij Usamah bin Laden, bahwa dia seorang yang ikhlash, dan memiliki ghirah keagamaan.

42. Pembelaannya terhadap kitab as-Siraj al-Wahhaj yang ditulis oleh Abul Hasan al-Ma’ribi, dalam kitab tersebut menyerang manhaj salafi.

43. ‘Ali Hasan membela al-Mighrawi at-Takfiri (yang berpaham takfir).

44. ‘Ali Hasan membela Muhammad Hassan al-Quthbi (pengikut paham Sayyid Quthb).

45. ‘Ali Hasan membela al-Huwani yang berpaham takfir

46. ‘Ali Hasan membela al-’Id Syarifi yang mencela para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

47. ‘Ali Hasan membedakan antara ‘aqidah dan manhaj dari sisi terjadinya dan kenyataannya.

48. ‘Ali Hasan membedakan antara ‘aqidah dan manhaj, yaitu perbedaan manhaj tidak berpengaruh (pada seseorang) apabila aqidahnya shahih dan kuat, serta tidak mengeluarkan orang tersebut dari Salafiyyah.

49. ‘Ali Hasan meletakkan sebuah kaidah jahat, yaitu bahwa kata ghutsa’iyyah apabila diucapkan oleh seorang sunni maka itu tidak dianggap sebagai celaan (terhadap shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), namun apabila diucapkan oleh seorang yang menyimpang maka itu teranggap sebagai celaan.

50. ‘Ali Hasan menyetujui kaidah Nushahhih wala Nujarrih (kami memperbaiki, bukan mencela).

51. ‘Ali Hasan menyetujui kaidah Muwazanah, yaitu dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan orang-orang yang menyimpang.

52. ‘Ali Hasan mengacaukan kaidah al-Jarh al-Mufassar muqaddam ‘ala at-Ta’dil (cercaan secara rinci lebih didahulukan daripada pujian).

53. Dia meletakkan kaidah, dipersyaratkan adanya ijma’ ketika mentabdi’ (memvonis bid’ah).

54. Dia meletakkan kaidah, ” لاَ نَجْعَل خِلاَفَنَا فِي غَيْرِنَا سَبَبًا لِلْخِلَافِ بَيْنَنَا Kita tidak menjadikan perbedaan kita dalam menilai orang lain sebagai sebab perselisihan antara kita. Kaidah ini mirip dengan kaidahnya IM, “Kita saling bekerja sama dalam hal yang kita bersepakat padanya, dan kita saling memberikan udzur satu sama lain dalam hal yang kita berselisih padanya.”

55. ‘Ali Hasan menganggap bahwa penilaian-penilaian para imam dalam al-Jarh wa at-Ta’dil termasuk dalam permasalahan-permasalahan ijtihadiyah, yang boleh terjadi padanya perbedaan, sehingga tidak boleh ada pengingkaran dan ilzam padanya.

56. Dia meletakkan kaidah bahwa tidak ada ilzam pada al-jarh (cercaan) al-Mufassar (rinci) yang dijelaskan dan didukung oleh bukti-bukti terhadap ahlul bid’ah, kecuali dengan syarat (celaan tersebut) telah mencapaial-Iqtina’ (memuaskan).

57. ‘Ali Hasan meragukan kaidah: ‘diterimanya berita dari seorang yang tsiqah dalam menghukumi orang-orang tertentu’, dan dia menyatakan harus ada tabayyun.

58. ‘Ali Hasan menyatakan bahwa hajr tidak ada mashlahahnya pada zaman ini.

59. ‘Ali Hasan menuduh al-Imam Ahmad duduk bersama rafidhah.

60. ‘Ali Hasan bergaul dengan Ahlul Bid’ah, memuji-mujinya, dan membelanya.

61. ‘Ali Hasan tidak mau menerima nasehat-nasehat ‘ulama

62. ‘Ali Hasan muncul di stasiun TV ‘al-Manar’ milik rafidhah, yang mencela para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ummahatul mukminin

63. ‘Ali Hasan memuji mandub (direktur) stasiun TV rafidhah yang kufur dan zindiq, yaitu TV al-Manar, bahwa dia adalah seorang sunni yang mulia.

64. ‘Ali Hasan duduk bersama perempuan yang berhias, dalam sebuah acara televisi di salah satu stasiun.

65. ‘Ali Hasan tidak mau mengikuti nasehat para ‘ulama anggota Lajnah ad-Daimah li al-Ifta’, agar dia (‘Ali Hasan) hendaknya belajar lagi kepada para ‘ulama yang terpercaya dan amanah, dan meninggalkan ikut-ikutan membahas permasalahan iman.

66. Dia memuji ahlul bid’ah, membela mereka, bekerja sama dengan mereka, duduk bersama mereka, serta mengajak untuk mengambil ilmu dari mereka dan tidak memutuskan hubungan dengan mereka pada zaman ini.

67. Dia berupaya memasukkan sebagian kelompok sesat dan organisasi-organisasi menyimpang ke dalam bingkai ahlus sunnah wal jama’ah, yaitu dengan slogan yang ia namakan sebagai manhaj yang luas dan longgar! Dan dia menganggap bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan nama untuk kelompok-kelompok yang banyak.

68. Dia mengatakan ar-Rabi’ as-Salafy (musim semi salafy) untuk menyamakan (salafiyin) dengan orang-orang kafir yang mendukung demonstrasi-demonstrasi dan gerakan-gerakan revolusi yang mereka beri nama dengan ar-Rabi’ al-’Arabi (musim semi arab).

69. Memanglingkan pandangan para pemuda kepada dirinya, dengan mengatakan hendaknya kalian merujuk kepada kami, bukan kepada para ‘ulama hijaz.

70. ‘Ali Hasan memalingkan para pemuda dari para ‘ulama yang kokoh keilmuannya – yang dikenal dengan aqidah yang benar dan manhaj yang lurus – dan membuat para pemuda tidak butuh terhadap para ‘ulama tersebut, serta mencela mereka (para ‘ulama tersebut) dengan celaan-celaan yang keji dan cara-cara yang penuh makar.

71. Dia melecehkan para ‘ulama sunnah, dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang makhluk pun pada hari ini yang berhak memerintah – siapapun dia, bagaimana pun dia, dan di manapun dia – terhadap dakwah salafiyyah dan terhadap salafiyyin.

72. Kejahatannya terhadap al-Imam al-Bukhari rahimahullah dan yang lainnya.

73. Melecehkan al-’Allamah Bin Baz rahimahullah.

74. dia berdusta atas nama asy-Syaikh ‘Abdu ‘Aziz bin Baz rahimahullah bahwa beliau pernah berkata bahwa Safar al-Hawali adalah Ibnu Taimiyyah zaman ini.

75. dia mengatakan bahwa orang-orang dekat asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah memberikan pengaruh terhadap beliau dalam maksud-maksud fatwanya.

76. Dia mencela asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali.

77. Dia mencela asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri.

78. Dia mencela asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali.

79. Dia mencela asy-Syaikh Shalih as-Suhaimi, karena beliau tidak melihat disebabkan musibah yang Allah timpakan padanya berupa hilangnya kedua matanya. Dan beliau berbicara dengan kebatilan disebabkan tidak mampu meneliti kondisi seseorang.

80. dia mencela para penuntut ilmu salafiyyin, dan menyifati mereka dengan sifat-sifat yang sangat jelek.

81. Terakhir – namun ini bukan yang paling akhir – ‘Ali Hasan al-Halabi mempersaksikan bahwa dirinya telah berubah.

___________________________________

Sumber : Kitab Tahdzir as-Salafy min Manhaj at-Tamayyu’ al-Khalafy dikumpulkan oleh: ‘Abdul Hamid ‘Ali Yahya Najjar al-Hadhabi. Muqaddimah asy-Syaikh DR. Ahmad ‘Umar Bazmul. Hal. 149-185.

http://dammajhabibah.net/2013/11/10/ringkasan-sebab-sebab-kenapa-ali-hasan-al-halabi-dijarh-dicerca-dan-dikritik/

Perkataan Syaikh Ahmad Bazamul, bahwa Syaikh Rabi’ Mengatakan Ali Hasan Sebagai Mubtadi’ (ahlu bid’ah)

Syaikh Ahmad Bazmul berkata : “Sekarang saya nukilkan untuk anda dan untuk ikhwah salafiyyin lainnya, bahwa Asy-Syaikh Al Allamah Hamilu Rayatil Jarh wat Ta’dil telah mengatakan tentang Ali bin Hasan Al-Halaby dan Abi Manar Al-Iraqy bahwa keduanya MUBTADI’ dan beliau mengatakan pada orang-orang Iraq: “Nukilkan hal ini dariku!”. Ditulis oleh : Ahmad bin Umar bin Salim Bazmul. Hari Kamis, pukul 22.11. 23 Sya’ban 1431 H.”

Catatan Tambahan

Untuk fatwa Syaikh Muhammad Bazmul, Download suara di http://www.archive.org/download/FatwaAsy-syaikhMuhammadBazmul/FatwaAsy-syaikhMuhammadBazmul.mp3

(Sumber : http://www.assalafy.org/mahad/?p=526, judul WASPADALAH DARI PENYIMPANGAN MANHAJ ALI HASAN AL-HALABI)

Untuk Download kitab “Shiyanatus Salafy”, bias di

a. Download kitab “Shiyanatus Salafy” Asy Syaikh Ahmad Bazmul hafidhahullah yang juga direkomendasi asy Syaikh Rabi ‘ibn Hadi disini

– http://www.2shared.com/file/7b-F-kPV/siyanat_salafi_syaikh_ahmadbaz.html

– http://upload.ugm.ac.id/699siyanat_salafi_syaikh_ahmadbazmul.zip

b. Download kitab “Tanbihul Fatiin li Tahaafut Ta’‘siilat ‘‘Ali Al Halabi Al Miskin” Asy Syaikh Abi Abdirrahman Sa’ad ibn Fathi ibn Sayyid az-Za’tari hafidhahullah yang juga menjelaskan ttg Ali Hasan, kitab beliau ini dipuji asy Syaikh Rabi’ ibn Hadi hafidhahullah

– http://www.2shared.com/document/A5h-BTWw/tanbihul_fatin_syaikh_zatari.html

– http://upload.ugm.ac.id/283tanbihul_fatin_syaikh_zatari.pdf

c. Download tulisan Asy Syaikh Ahmad An Najmi rahimahullah ttg Ali Hasan

– http://www.2shared.com/document/DOwShr8r/sheikh_najmi_ttg_alihasan.html

– http://upload.ugm.ac.id/528sheikh_najmi_ttg_alihasan.pdf

d. Link tanya jawab bersama asy Syaikh ‘Ubaid al Jabiri terkait Ali Hasan dan tahdzir atasnya

http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=361507

e. Kitab bantahan asy Syaikh Uba’id al Jabiri atas prinsip baru Ali Hasan al Halabi

– http://www.2shared.com/document/oKy1IHUy/radd_syeikh_ubaid_atas_alihasa.html

– http://upload.ugm.ac.id/941radd_syeikh_ubaid_atas_alihasan.pdf

f. Syaikh Rabi’ ibn Hadi al Madkhali menyatakan Ali Hasan Al Halabi adalah mubtadi’, sumber bisa dicek di link sbb :

– http://www.bayenahsalaf.com/vb/showthread.php?t=7881

– http://www.sahab.net/forums/showpost.php?p=785764&postcount=59

– http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=25300

– http://wahyain.com/forums/showpost.php?p=6317&postcount=1

1 comments on “Penjelasan/Fatwa Para Ulama Tentang Kesesatan Ali Hasan al-Halabi

Tinggalkan komentar